Babad Alas Menumbuhkan Ranting

Tim Pandu Juang Jawa Tengah yang terjun Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 menghidu pkan struktural partai di tingkat ranting dan anak ranting. Kegagalan memenangkan pasangan Ahok – Djarot akibat faktor eksternal di luar kendali Pandu Juang.

Mata Chotimah berkaca-kaca saat duduk di kursi roda baru. Dipapah anak dan cucunya, warga Cempaka Baru, Jakarta Pusat, itu mencoba kursi roda pemberian tim Pandu Juang Jawa Tengah yang menyambangi rumahnya, pada suatu siang di bulan April 2017. “Sekarang saya tidak perlu digendong cucu kalau mau ngapai-ngapain,” ujar nenek berusia 67 tahun itu. Selama lima tahun, Chotimah hanya tergolek di tempat tidurnya karena lumpuh akibat stroke.

Selain Chotimah, hari itu Tim Pandu Juang Jawa Tengah membagikan puluhan kursi roda kepada warga jompo di wilayah Jakarta Pusat. Mereka bergerak bersama Pengurus Anak Ranting PDI Perjuangan setempat untuk menarik simpati warga agar memilih pasangan Ahok -Djarot dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. “Pemberian kursi roda ini merupakan wujud dari bantuan untuk Kumisjo lewat Program Sangkur I,” ungkap Junaedi, Pandu Juangasal Batang yang diterjunkan di wilayah Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

“Kumisjo” adalah metode Pandu Juang Jawa Tengah untuk memetakan warga yang tinggal di pemukiman Kumuh, Miskin dan bersuku Jawa yang terdaftar sebagai pemilih Pilkada DKI Jakarta. “Ini adalah program dari Pemerintah DKI Jakarta yang belum terealisasi, Pandu Juang hanya membantu mempercepat proses realisasinya,” ujar Bambang Irawan yang bergerak di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.

Setelah data Kumisjo teridentifikasi, barulah diluncurkan Program Sangkur yang terdiri dari Sangkur I, Sangkur II, dan Sangkur Emas. Program Sangkur I alias Sangkur Ahok berupa percepatan realisasi program Jakarta Pintar, Jakarta Sehat, dan Sejahtera, yang digagas Ahok-Jarot. Wujudnya berupa paket bantuan kursi roda, Kartu Jaminan Lansia, penebusan ijazah dan rehabilitasi rumah. Program Sangkur II menyusul kemudian berisi bantuan paket sembako murah. Menjelang hari pencobosan barulah Program Sangkur Emas diluncurkan.

Pandu Juang dibentuk DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah untuk mengantisipasi pelaksanaan Pilkada serentak. Anggota-anggotanya diambil dari seluruh DPC Kabupaten dan Kota. “Pandu Juang dididik khusus memandu perjalanan sebuah pertempuran Pilkada langsung di suatu wilayah. Yang memiliki Pandu Juang ini hanya Jawa Tengah,” tegas Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah Bambang Wuryanto.

Di palagan Pilkada DKI Jakarta 2017, DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah menerjunkan 93 kader Pandu Juang selama masa kampanye dari oktober 2016 hingga April 2017. Pada kampanye putaran pertama diterjunkan 63 orang ditambah 30 orang dalam masa kampanye putaran kedua. “Sebelum kedatangan Pandu Juang dari Jawa Tengah, jujur, ancaman-ancaman dari kubu yang berseberangan sering terjadi. Namun setelah kedatangan Pandu Juang, kami jadi tergugah lagi yang tadinya kita seperti mati suri, kita bangkit dan merencanakan strategi yang harus kita tempuh,” ujar Ketua Ranting Kelurahan Setu, Jakarta Timur, Amir bin Dogan.

Menggandeng Struktural PDI Perjuangan Setempat
Di awal kedatangannya, para Pandu Juang menemui pengurus PDI Perjuangan setempat untuk kulo nuwun sekaligus membangun konsolidasi awal. Namun tak semua koordinasi itu berjalan mulus seperti yang dirasakan Nursidik, Pandu Juang yang diterjunkan ke Pulau Tidung, Kepulauan Seribu. “Pengurus rantingnya cenderung malas-malasan diajak bekerja sama,” ungkap Nursidik yang menjabat Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan Kabupaten Tegal.

Lain lagi pengalaman yang dirasakan I. Widyanto yang mengampu kelurahan Semanan, Jakarta Barat. “Saya harus babad alas dulu, karena putaran pertama belum diopeni sama sekali,” ungkap Pandu Juang dari DPC PDI Perjuangan Cilacap. Posko pemenangan Ahok-Djarot baru ada di putaran kedua ketika Widi masuk ke wilayah itu. “Memang putaran pertema tidak ada gerakan apapun, bahkan dari DPC,” ceritanya ketika dihubungi Derap Juang.

Yang paling apes tentu saja Pandu Juang yang terjun di wilayah yang pengurus rantingnya vakum atau kosong. Alih-alih mengawal pemenangan pasangan, mereka justru memulai tugas dengan menghidupkan struktur kepengurusan partai di tingkat ranting, seperti yang dilakukan Supriyanto. “Saya menghidupkan dan mengaktifkan lagi pengurus ranting Rawa Teratai, Kecamatan Cakung,” ungkap Pandu Juang asal Sragen ini.

Kelar urusan konsolidasi dengan pengurus PDI Perjuangan setempat, mulailah Pandu Juang bergerak menemui tokoh masyarakat setempat dan mulai memetakan kondisi wilayah penugasannya.
Tak mudah bagi Pandu Juang mendekati tokoh masyarakat, terutama ketika menghadap ketua-ketua RT dan RW. Pengalaman pahit dialami Pandu Juang Rahmat Kabuli di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat. Ketua RT setempat mengancam akan mengeluarkan warga dari data kependudukan jika menerima pendataan dari Tim Ahok-Jarot. Sementara HM Rukiyanto, Pandu Juang di Gunung Sahari, mendapati banyak sekali pengurus RT/RW yang terang-terangan menolak Ahok.

Lain lagi pengalaman Supriyanto, Pandu Juang asal Sragen yang terjun di wilayah kelurahan Rawa Teratai, Cakung, Jakarta Timur. Ia beberapa kali ditolak warga yang didatanginya. Namun kampanyenya lancar setelah berhasil meluluhkan hati seorang tokoh Betawi asli sekaligus takmir masjid. Kharisma tokoh itu digunakan oleh Supriyanto untuk menangkal intimidasi melalui mimbar masjid yang dilakukan pendukung Paslon lawan.

Intimidasi menggunakan isu SARA yang sejak awal diembuskan pihak lawan membuat warga pemilih takut mendukung pasangan Ahok-Jarot secara terbuka. Untuk mengikis rasa takut itu, Pandu Juang harus kreati£ membuat program untuk membangkitkan keberanian warga pendukung Ahok-DJarot. Sumarsono, kader Juang asal Surakarta, bersama para relawan dan pengurus ranting setempat membuat acara gerak jalan menyusuri gang-gang sempit di kelurahan Malaka Jaya, Jakarta Timur. “Kami pakai baju kotak-kotak mengelilingi kampung, biar keberanian warga mendukung Ahok-Jarot tumbuh,” ungkapnya.

Sejumlah rintangan di lapangan tak menyurutkan langkah kader Pandu Juang bergerak untuk mengampanyekan pasangan Ahok-Jarot. Mereka membedah data Daftar Pemilih Tetap (DPT) per TPS sebagai acuan untuk membentuk Regu Penggerak Pemilih (Guraklih) , sekaligus sebagai pendataan Kumisjo untuk meluncurkan program Sangkur.
Bedah DPT per TPS berdasarkan suara putaran pertama juga penting untuk menggaet suara pasangan Agus – Silvi yang gugur di putaran pertama. “Dari sini kami berhasil menarik pendukung Agus-Silvi yang kami beri bantuan kursi roda,” ungkap Pandu Juang Maria Tri Mangesti.

Setelah pemetaan wilayah selesai dan data Kumisjo tersedia, Pandu Juang bergerak door to door untuk mencek ulang data sekaligus melakukan sosialisasi program kampanye.
Dari kunjungan langsung ke rumah-rumah warga itulah tersedia data berdasarkan nama dan alamat valid yang menjadi sasaran program Sangkur. “Data warga Kumisjo harus jelas. Pemberian ke siapa yang akan diberi dan salurannya harus jelas, kalau cuma bagi-membagi cepat clear,” ujar Pandu Juang wilayah Johar Baru, Eko Susilo.

Warga yang sudah terdata sebagai penerima Program Sangkur diberi kupon sembako murah, bukan sembako gratis agar tidak kena semprit Panitia Pengawas. Paket dua kilogram beras, satu liter minyak goreng dan beberapa bungkus mi instan seharga RpLiS ribu cuma dibandrol harga Rp5 ribu. ” Tetapi untuk warga yang benar-benar tidak mampu, kita tidak meminta untuk membayar alias gratis,” ujar Sulistyorini, Pandu Juang asal Semarang.

Para lansia yang telah terdaftar menjadi sasaran pemberian program bantuan kursi roda dan Kartu Jakarta Lansia, bantuan tunai untuk lansia. Bahkan Pandu Juang aktif mendatangi bank untuk membuat buku tabungan para lansia sebagai syarat menerima Kartu Jakarta Lansia. Pandu Juang, Tatang, di Kemayoran sampai mendatangi Bank DKI Jakarta wilayah lain untuk mencetak buku tabungan bagi lansia. “Karena Bank DKI Kecamatan Kemayoran tidak bisa mencetak buku tabungan dalam jumlah banyak,” cerita Tatang yang berhasil mencetak 100-an buku tabungan untuk lansia.

Pandu Juang membedah data Daftar Pemilih Tetap <DPT) per TPS untuk mendata warga yang masuk kategori Kumisjo. Untuk validasi data, Pandu Juang mendatangi rumah­ rumah warga. Mereka banyak mendapat rintangan terutama di daerah-daerah yang menjadi basis pendukung calon lawan. “Kami ditangkap, lalu diinterogasi,” ungkap Pandu Juang Harry Padilla di Kramat, Jakarta Pusat.

Pandu Juang juga menyiapkan saksi di tiap TPS serta membentuk Regu Penggerak Pemilih (Guraklihl. Pada hari pencoblosan, intimidasi makin menggila sehingga Guraklih tidak dapat bergerak leluasa. Para saksi untuk pasangan Ahok – Djarot banyak yang gembos. Hasilnya, Pasangan Ahok – Djarot kalah dan hanya memperoleh 42,05 % suara.

Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng Mas Bambang Patjul mengapresiasi kerja tim Pandu Juang. Menurutnya, ada sejumlah manuver dalam Pilkada DKI Jakarta di luar kendali Pandu Juang sebagai penyebab kekalahan Ahok­ Djarot. “Ini pengalaman berharga untuk Pilkada berikutnya,” paparnya

DICACI, DIGROPYOK, DIHANTAM OMBAK
Pemanfaatan isu agama untuk menyerang pasangan Ahok-Djarot membuat Kampanye Pilkada DKI memanas. Untuk menghindari bentrokan antar­ pendukung calon, Pandu Juang memilih taktik gerilya. Dua orang kader Pandu Juang “gugur” dalam tugas.

Siang itu, Rahmat Kabuli Jarwinto berjalan kaki menuju Pasko Pemenangan Ahok-Djarot di Kampung Rawa, Johar Baru. Saat melewati mulut gang sekelompok anak meneriakinya: “Kafir, najisl” Makian semacam itu menjadi makanan sehari-hari bagi Pandu Juang asal Purworejo itu.
lntimidasi makin keras dirasakan Pandu Juang di basis ormas radikal yang mendukung pasangan Anies Sandi. Karseno, Pandu Juang asal Pemalang, mengalaminya ketika bertugas di Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat. Tempat kostnya digerudug massa beratribut FPI. “Saya dituduh akan melakukan pembagian sembako.” Karseno diselamatkan oleh polisi.

Sejak itu ia memilih menginap di hotel demi keamanannya. lntimidasi serupa dialami Srikandi Pandu Juang Lina Hartini di Tambora, Jakarta Barat. Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Magelang Grengseng Pamuji yang bertugas di wilayah Petamburan, markas FPI Pusat, merasakan kerasnya Pilkada Jakarta. “Hampir setiap pekan kita digropyok,” kisahnya kepada Derap Juang.

Grengseng Pamuji memilih strategi gerilya senyap. la pernah mengirimkan bantuan kursi roda dengan menggunakan jasa ojek on line untuk menghin­ dari cegatan lawan. Alhasil Grengseng berhasil membuat Ahok-Ojarot menang di TPS tempat tokoh FPI Rizieq Shihab memberikan suaranya.

Sedangkan Sutoyo di Senen, Jakarta Pusat, memanfaatkan ibu-ibu PKK setempat. “Guraklih dari ibu-ibu PKK kuwi luwih efektif merga luwih cerewet paling kalau ada clash ya hanya lewat omongan bukan adu fisik,” ujarnya .

Lain lagi pengalaman Nursid yang bertugas di Kepulauan Seribu . Perahu yang ditumpanginya pernah terombang ambing di tengah laut gara­gara dihantam ombak saat hujan lebat. Padahal mesin kapal saat itu mati karena karena baling-baling tersangkut sampah. Pikiran dan tenaga yang terkuras selama Pilkada DKI 2017 membuat kondisi fisik menurun. Akibatnya dua orang kader Pandu Juang gugur dalam tugas. Salah satunya Yusdi Ardiyanto dari PDI Perjuangan Magelang.

( Derap Juang )

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*