Hampir dalam setiap kesempatan berdialog dengan para senior Partai muncul sebuah kegelisahan yang sama: siapakah kelak yang akan meneruskan perjuangan Partai? Pertanyaan semacam itu kemudian berlanjut dengan pertanyaan lanjutan: apakah kaderisasi dan rekrutmen kader-kader muda sudah berjalan dengan semestinya.
Mari kita tinggalkan sejenak gelisah di atas. Mari kita kilas balik sejenak sebuah peristiwa penting di GOR Satria Purwokerto, 16 Februari 2014, tiga tahun silam ketika Ketua Umum Partai, Ibu Megawati Soekarnoputri dan Mbak Puan Maharani melantik 400 Kader Komunitas Juang Angkatan Pertama. “Berpartai adalah untuk memperjuangkan suatu keyakinan atau ideologi. Saya berharap kalian bisa menjadi kader-kader muda yang ideologis. Menjadikan Partai sebagai wadah perjuangan, bukan sekedar sebagai kendaraan politik. Apalagi untuk menumpang hidup,” pesan Ibunda Ketua Umum Partai Megawati Soekarnoputri kepada para Kader Komunitas Juang Kabupaten Banyumas, yang ketika itu hendak dilantik.
Toh, meski dilantik oleh Mbak Puan Maharani dan diberi pengarahan langsung oleh Ibunda Ketua Umum, suara minor tentang program Komunitas Juang masih terdengar: “ah,jangan-jangan hanya hangat sebentar, lalu senyap kemudian”. Merespon hal itu, Ketua Dewan Mentor, Mas Bambang Patjul, yang saat itu masih menjabat sebagai salah satu Ketua DPP Partai berpesan kepada segenap Mentor Juang: “Wajar jika ada yang masih bernada sumbang, karena ini hal baru di Partai,” kata Mas Patjul singkat.
Setapak demi setapak, program Pembinaan Kader Komunitas Juang terus berjalan. Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 1 Juni 2015, sebanyak 264 Kader Komunitas Juang Angkatan ke-2 dilantik di Blitar. Sebagai catatan, angkatan ke-1 dan ke- 2 seluruhnya berasal dari DPC PDI Perjuangan Kabupetan Banyumas.
Usai pelantikan angkatan ke-2, Program Pembinaan Kader Komunitas Juang mulai meluas, melebar tak hanya sebatas di lingkungan DPC Kabupaten Banyumas. Para Mentor Juang dan Asisten Mentor Juang diberi tugas untuk melaksanakan Program di beberapa kabupaten di eks-Karesidenan Surakarta (atau disebut juga dengan Solo Raya, red).
Satu setengah tahun kemudian, pelantikan kader Komunitas Juang Angkatan ke-3 digelar di Blitar, pada 29 Januari 2017. Jumlah kader yang dilantik sebanyak 451 kader Komunitas Juang yang berasal dari Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Sragen, Karanganyar, dan Banyumas. Selanjutnya, memasuki pertengahan tahun 2017, Komunitas Juang Jawa Tengah kembali melakukan perekrutan dan pembinaan calon kader.
Kali ini, Program mulai dijalankan di beberapa cabang Partai, sebagai berikut: Kata Semarang, Kabupaten Semarang, Kata Salatiga, Kabupaten Magelang, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Purworejo. “Saya berharap, program pembinaan Komunitas Juang ini bisa segera terlaksana di seluruh Cabang Partai di Jawa Tengah. Target kita, Jambore Komunitas Juang Jawa Tengah bisa segera terlaksana,” ujar Mas Bambang Patjul, selaku Ketua Dewan Mentor kepada segenap Mentor Juang dan Asisten Mentor, dalam sebuah rapat rutin Dewan Mentor.
Apa itu Komunitas Juang ?
Tak kenal maka tak sayang, begitu kata sebuah pepatah. Masih ada begitu banyak pertanyaan tentang program ini ? Ada yang masih belum paham. Ada juga yang khawatir dan memandang para kader Komunitas Juang sebagai ancaman politik para kader senior Partai. Nah, tulisan ini akan mencoba menjelaskan secara lugas tentang Program ini.
Program Pembinaan Kader Komunitas Juang lahir dari sebuah keprihatinan. Terinspirasi oleh sebuah kegelisahan. Pada suatu ketika Ketua Umum Partai, Ibu Megawati pernah berucap di kediaman Teuku Umar, “Aku ingin Partai ini masih ada, jika kelak aku sudah tidak ada.” Mas Patjul, yang ketika itu ikut hadir dalam pertemuan terbatas di kediaman Ibunda Ketum, kemudian menyusun abstraksi
DIBINA, DITUGASKAN, DITEMPATKAN
Rekrutmen calon Kader Komunitas Juang menyasar generasi muda usia 18-25 tahun, belum ber-KTA, diutamakan dari keluarga kader, masyarakat umum, pelajar dan mahasiswa, serta anggota keuarga tokoh lokal. Setelah direkrut, calon kader menjalani pembinaan yang berprinsip pada upaya memenangkan hati calon kader, menancapkan tata nilai kejuangan, menanamkan pengetahuan dasar tentang partai, dan meningkatkan keterampilan untuk penugasan kepartaian, ekonomi, pendidikan, dan social budaya. Selain itu juga dengan memberikan keteladanan, mengembangkan prinsip keluarga besar dan korps.
Proses pembinaan bisa diadakan di dalam kelas dan luar kelas. Di dalam penugasan kader pada prinsipnya harus disesuaikan dengan potensi dan kapasitas, baik itu untuk penugasan kepartaian maupun non kepartaian. Penugasan juga harus berkoordinasi dan bersinergi dengan Tiga Pilar Partai setempat. Sedangkan dalam penempatan kader memiliki prinsip sesuai dengan kebu tuhan organisasi dan sesuai dengan potensi dan Kapasitas untuk menindaklanjuti harapan agung tersebut.
Sebagai kader Partai, sekaligus penganut ajaran Bung Karno, Mas Patjul teringat sebuah ajaran Bung Karno tentang perlunya imajinasi dalam membangun Partai dan bangsa: “jikalau ingin medjadi satu bangsa yang besar, ingin menjadi bangsa yang mempunjai kehendak untuk bekerja, perlu pula mempunyai imagination, imagination (yang) hebat, Saudara saudara”.
Atas dasar anjuran Bung Karno tersebut, imajinasi yang lahir dari perenungan batin dan pengendapan fikir untuk menjawab harapan Ibunda Ketua Umum tadi adalah menginisiasi sebuah sistem rekrutmen kader Partai yang tersistem dan terstruktur. Untuk itu, Mas Bambang Patjul kemudian membentuk tim untuk merumuskan sistem dan kurikulum program rekrutmen, yang tersistem dan terstruktur tersebut.
Demi sebuah kurikulum yang matang, Mas Patjul dan tim berdiskusi dengan berbagai pihak, terutama para pelaku yang memahami luar dalam tentang sistem rekrutmen kader dari berbagai partai politik, yang pernah dan masih ada di negeri ini. Atas dasar hasil riset tersebut, lahirlah sebuah kurikulum awal, yang menjadi dasar pelaksanaan pembinaan dalam program rekrutmen dan pembinaan kader Komunitas Juang. “Kurikulum tersebut terus dan akan terus disempurnakan,” ungkap Mas Patjul, dalam sebuah rapat bersama fungsionaris Badiklatda Partai di Semarang.
Di dalam kurikulum tersebut disebutkan bahwa kader yang mengikuti Program diarahkan dan ditempa untuk memiliki Tiga K, yakni: karakter, kompetensi, dan kapasitas. “Karakter yang dimaksud adalah karakter sebagai pejuang. Kompetensi dalam konteks kader memiliki skill dan keahlian untuk berkompetensi dalam zaman yang terus berubah.
Kapasitas dalam bentuk kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas kejuangan, sesuai dengan kemampuan dan medan juangnya masing-masing,” jelas Mentor Jamal Hafiz, salah satu Wakil Ketua Dewan Mentor Program Pembinaan Kader Komunitas Juang – Tengah.
Kurikulum juga menyebutkan bahwa kader Komunitas Juang tidak semata-mata dikader dan digembala kelak untuk ditugaskan sebagai pengurus Partai. “Justru, Partai harus memiliki sebanyak mungkin kader potensial, yang kelak bisa menduduki posisi-posisi penting, tidak hanya di dalam struktural Partai tetapi juga di luar struktural Partai,” jelas Mas Patjul selaku Ketua Dewan Mentor .
Saat ini, beberapa kader Komunitas Juang telah memulai kiprahnya di luar struktur Partai. “Ada yang menjadi perangkat desa, satpol PP, pegawai BUMD dan BUMN, tenaga ahli fraksi baik di Pusat maupun Daerah, di unit-unit usaha ekonomi produktif, serta disekolahkan ke tingkat master. Salah satunya, dalam program master studi intelijen di Jakarta,” jelas Mas Patjul.
Doktrin dan Sistem Penggembalaan
Setiap program kaderisasi tentu memiliki sistem doktrin. Dalam konteks program ini, salah satu landasan doktrin bagi setiap Kader Komunitas Juang adalah “Dedication of Life” Bung Karna, yang dalam setiap even kepartaian selalu dibacakan. Dari naskah “Dedication of Life” yang pernah dinyatakan Bung Karna pada tanggal 10 September 1966 itu bisa dirumuskan bahwa “pengabdian” Bung Karno dipersembahkan untuk 3 hal yakni: pengabdian kepada Tuhan, pengabdian kepada Tanah Air, dan pengabdian kepada Bangsa.
“Setiap kader Komunitas Juang didoktrin bahwa pengabdian dalam berpartai, adalah bentuk pengabdian kepada Tuhan, tanah air atau negara, dan bangsa. Untuk bisa optimal dalam mengabdi maka mereka harus punya kompetensi, kapasitas, dan kemandirian,” kata KJ Indra Wiyan Saga, salah satu kader Komunitas Juang angkatan pertama, yang kini mengemban tugas sebagai Asisten Mentor dan Tenaga Ahli Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI.
Menurut KJ Wahyu, yang kini bertugas di Kantor Kemenko PMK, sejak direkrut hingga ditempatkan, mentor juang melakukan proses pembinaan dengan pendekatan selayaknya seorang gembala. “Kami dibina dengan keteladanan, diberi contoh, diberi nasehat, tata nilai, dan tentu saja berbagai macam pengetahuan. Para mentor bekerja seperti seorang gembala, mengarahkan kami menuju padang pengabdian,” kata KJ Wahyu agak puitis.
Sayang, ruang pada edisi kali ini, tidak cukup luas untuk menjelaskan secara detail metode dan teknis pelaksanaan program ambisius ideologis ini. “Edisi depan, kita akan sambung lagi penjelasan tentang program yang menjadi kawah candradimuka bagi kader-kader ideologis Partai ini,” janji Ketua Dewan Mentor Juang, Mas Bambang Patjul.
Calon Kader Komunitas Juang digembleng dengan materi komprehensif agar menjadi kader yang tangguh. Materi pembinaan pertama tentang Ide dan Tata Nilai Kejuangan, meliputi: fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk kepada Tuhan, negara dan bangsa; pemahaman tentang ‘isme’ dan ajaran Bung Karno serta Marhaenisme, Pancasila dan spirit gotong royong.
Selanjutnya materi tentang Wadah dan Arena Perjuangan, meliputi: Posisi Indonesia dalam dinamika Internasional. Organisasi sebagai Alat Perjuangan; Partai sebagai Wadah Perjuangan dan; Dasar-dasar Bernegara.
Kelompok materi Komunitas Kejuang an, meliputi: Kader Pejuang, Pemuda, dan Masa Depan Republik. Materi terakhir berisi Kelompok materi Gerak Juang, meliputi: Konsep dan metode berjuang,dan Melu memoyu hoyuning bowono (turut menjaga/melindungi seluruh dunia/alam).
Kelompok materi tersebut menjadi ‘santapan’ wajib dalam setiap tahapan pembinaan. Minimal sepekan sekali bertatap muka selama sekitar 2 (dua) bulan pembinaan, seorang calon kader baru bisa memperoleh semua materi. Penekanan dalam setiap materi disesuai kan dengan kultur setempat dan tingkat tahapan pembinaan agar materi yang disampaikan tidak kontra produktif dan mudah dipahami.
Inti dari penyampaian keempat materi tersebut adalah, memakai istilah Bung Karno, ‘match voorming’, upaya penggalangan kekuatan massa. Pemberian semua materi tersebut bermakna, PDI Perjuangan sebagai partai kader, berupaya nyata mempersiapkan kader-kader partai potensial yang dipim pin oleh ide dan dihikmati ide, bersedia memikul ide, militan dalam perjuangan membumikan ide dan memiliki keteram pi Ian fungsional untuk mendukung program-program kepartaian dan pemberdayaan masyarakat di sektor ekonomi dan sosial-kemasyarakatan.
( Derap Juang )
Be the first to comment