Panti Marhaen berbenah

Megah dan representatif merupakan dua kata yang mungkin pantas untuk menggambarkan kondisi Panti Marhaen yang baru-baru ini dirombak dan direnovasi. Awal menjejakan kaki di kantor ini, kita akan melihat desain modern gedung selayaknya kantor­ kantor perusahaan profesional yang ada di kota-kota besar.m Tulisan DPD PDI Perjuangan Panti Marhaen yang menyala pada malam hari membuat setiap orang dengan mudah untuk mengidentifikasi bahwa ini merupakan Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah atau akrab disebut Panti Marhaen.

Era kepemimpinan Ir. Bambang Wuryanto, MBA atau akrab disapa Mas Bambang Patjul terbukti membuahkan banyak perubahan dalam berbagai sendi kehidupan berpartai di keluarga partai PDI Perjuangan Jawa Tengah. Tak terkecuali dalam segi pembangunan prasarana kepartaian. Gedung Panti Marhaen yang berfungsi sebagai kantor dari ketua, fungsionaris dan sekretariat DPD Partai merupakan area pusat kegiatan PDI Perjuangan Jawa Tengah.

Mulai dari even politik, kesenian, hajatan hingga pengajian semua pernah terselenggara di gedung dua lantai ini. Mengusung slogan Membangun Kebanggaan, Solidaritas dan Disiplin Kader PDI Perjuangan Jawa Tengah, perbaikan gedung merupakan salah satu implementasi dari wujud membangun pride (kebanggaan) Kader Partai. Belum lama, gedung yang berlokasi di Jalan Brigjen Katamso No. 24 Kelurahan Karang Tempel, Kata Semarang, ini mulai ditata kembali sejak awal Agustus tahun 2016.

Penataan dan renovasi dimulai dengan memperbaiki rangka atap yang mulai keropos dimakan rayap karena selama 20 tahun lamanya tidak tersentuh perbaikan. Rangka atap gedung yang dulu hanya menggunakan rangka kayu saat ini dirombak dan diganti menggunakan konstruksi baja ringan untuk memperkokoh ketahanan atap.

Hebatnya lagi, adanya tambahan berupa fasilitas lift semakin membuat Panti Marhaen benar-benar selayaknya kantor milik partai pemenang Pemilu. Didepan lift lantai satu, kita bisa melihat langit-langit ruangan aula yang semula polos, kini dipercantik dengan hiasan 3 lampu gantung yang nampak elok dengan ornamen batu giok.

Untuk menunjang aktivitas komunikasi visual, Ketua DPD Partai melengkapi Aula Panti Marhaen dengan fasilitas Videotron. Sebuah layar lebar yang berukuran 10 x3 M2 ini dibuat untuk memudahkan segala aktivitas multimedia seperti pemutaran film, video pendek, musik hingga penampilan materi presentasi program-program partai.

Dimulai tanggal 5 Agustus 2017 pemasangan videotron ini memakan waktu sekitar satu bulan pengerjaan. Tidak lupa, videotron ini pun dilengkapi dengan Control Room untuk memudahkan operator videotron dalam mengoperasikan layar. Penggunaan videotron ini pun sudah menunjang berbagai pelaksanaan even partai, seperti acara Silaturahmi Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Rakorbid dan acara-acara partai yang lain.

Selain visual, pada aspek audio baru-baru ini Aula Panti Marhaen juga dilengkapi sound system dengan spesifikasi kelas middle-high yang dipasang di samping panggung dan setiap sudut aula, sehingga setiap berlangsungnya acara, peserta bisa mendengar secara jelas audio baik musik maupun orasi atau pembicaraan yang ada di panggung walaupun duduk dikursi yang paling belakang. Tentu hal ini menunjang efektivitas dari sebuah pertemuan yang berskala besar. Penyempurnaan sound system tersebut merupakan gotong royong dari Ketua DPRD Kata Semarang, Supriyadi.

Renovasi gedung tampak jelas perubahannya di lantai dasar Panti Marhaen. Tidak hanya aula, renovasi juga menyentuh ruang rapat, ruang fungsionaris dan ruang ketua untuk menunjang profesionalitas kinerja kader Partai. Ruang ketua yang berfungsi sebagai kantor dari Ketua DPD Partai, diperbaiki dan dibuat lebih layak untuk memudahkan aktivitas kerja Ketua DPD Partai. Selain itu, masih terhubung dengan ruang ketua, disediakan pula ruang pertemuan kecil yang bisa menampung 8-10 orang dalam satu meja.

Di ruangan ini disediakan pintu yang terhubung langsung dengan ruang ketua. Ruangan ini sering digunakan Ketua DPD Partai untuk menerima tamu-tamu dan menggelar rapat-rapat kecil. Sementara di seberang Ruang Ketua, satu langkah tepat di depan pintu ruang ketua terdapat ruang rapat dengan skala besar yang menampung hingga 20 orang dalam satu meja. Selain untuk acara DPD Partai, ruang rapat ini sering digunakan untuk acara yang terbuka untuk umum, misalnya untuk ruang pengambilan dan pengembalian formulir pendaf­ taran bakal calon gubernur dan wakil gubernur, mentoring Kader Juang serta sering pula difungsikan sebagai ruang untuk menemui awak media guna melakukan press conference.

Sementara di lantai dua, setelah keluar dari pintu lift, kita akan menjumpai pintu ruang rapat dengan desain pintu khas arsitektur jawa yaitu gebyok. Ukiran kayu tradisional Jawa Tengah membalut kegagahan ruang rapat yang rampung digarap sekitar Agustus 2017 baru-baru ini.
Ruang rapat ini nampak berbeda dengan ruang rapat lain yang ada di Panti Marhaen. Dengan sentuhan modern dan tradisional, ruang rapat ini dilengkapi dengan meja yang di atasnya terjejer banyak microphone yang terkoneksi satu sama lain layaknya ruang meeting kantor anggota dewan atau perusa­haan-perusahaan besar.

Hal ini tentu sangat menunjang dalam aktivitas tukar pendapat atau diskusi di dalamnya. Selain itu, lantai ruangan ini juga dilengkapi dengan karpet merah yang menambah kesan mewah serta berfungsi sebagai peredam suara derap langkah orang-orang yang berjalan di ruangan tersebut.

Di samping ruang rapat, kita bisa melihat koridor yang tertata begitu rapi. Dengan hiasan lambang kebesaran partai, yaitu banteng moncong putih. Di koridor ini kita bisa melihat nama-nama ruangan yang terdapat dalam deretan koridor tersebut. Adapun nama-nama ruangan di koridor lantai dua ini mengambil dari nama-nama daerah tingkat provinsi di Indonesia antara lain ada Ruang Jawa Tengah, Ruang Aceh, dan Ruang Irian Jaya. Di koridor ini terdapat ruangan-ruangan yang meng-cover beberapa kegiatan.

Di depan koridor di samping kiri lift, di sanalah letak tempat ruang sekretariat DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, ada pula ruang pendidikan dan pelatihan untuk Badiklatda DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Ruang khusus Mbak Puan Maharani, ruang pertemuan dan toilet.

Demi menunjang aktivitas kunjungan Ketua DPP Partai, Panti Marhaen saat ini juga dilengkapi dengan ruangan khusus untuk Mbak Puan Maharani. Ruangan yang rampung digarap akhir September 2017 ini mengusung desain interior elegan dengan balutan warna merah khas PDI Perjuangan.

Dominasi warna merah terlihat dari warna lantai yang dilapisi karpet merah yang senada dengan lambang kebesaran PDI Perjuangan. Tampak pula dalam ruangan tersebut foto Bung Karna, Ibu Megawati dan Mbak Puan Maharani terpajang rapi di dinding ruangan yang dilapisi wallpaper berwarna merah gelap. Ada pula tiga sofa berwarna merah tertata rapi dengan meja yang tingginya selutut orang dewasa berada di tengah-tengahnya. Kursi dan meja kerja yang representatif, serta ditambah suite bathroom memudahkan Mbak Puan dalam menjalankan aktivitas kepartaian di Panti Marhaen.

Selain itu, ruangan ini juga tersambung dengan ruang meeting kecil yang tepat berada di samping ruang Mbak Puan. Ruang ini akan difungsikan sebagai ruang untuk menerima tamu dan menggelar rapat berskala kecil yang menampung delapan orang dalam satu meja.
Dengan kondisi saat ini tentu gedung yang diresmikan renovasinya oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri ini sangat jauh berbeda kondisinya apabila kita menengok riwayatnya beberapa tahun silam.

Rumah Kaum Nasionalis

Panti Marhaen, gedung yang didirikan tahun 1960-an ini tidak lepas dari sejarah Partai Nasional Indonesia di Jawa Tengah. Pada waktu itu PNI Jawa Tengah dipimpin oleh R. M Hadisoebeno Sosrowerdojo yang kala itu juga menjabat sebagai Gubemur Jawa Tengah pada tahun 1960. Pada era kepemimpinannya, gedung ini berhasil dibangun dengan dana hasil patungan para kader PNI dengan menyewa lahan milik suatu yayasan milik swasta.

Dengan gotong royong, Panti Marhaen akhimya bisa didirikan dan menjadi kantor PNI Jawa Tengah. Sampai pada tahun 1970-an, lengsemya Bung Kamo dari kursi RI 1 nampaknya berdampak signifikan bagi PNI Jawa Tengah. Fusi partai pada tahun 1973 merupakan salah satu kebijakan politik pada masa orde baru yang memaksa PNI, Partai Murba, Partai Katolik, Parkindo dan IPKI untuk menggabungkan diri dalam satu wadah yang bemama Partai Demokrasi Indonesia (PDI ). Maka dari itu, Panti Marhaen pun akhimya dipegang penuh oleh PDI.

Aset-aset PNI termasuk gedung Panti Marhaen dilikuidasi oleh Yayasan Pendidikan Marhaenis yang bemaung di bawah PDI pada waktu itu. Pada era Suparjo Rustam, Gubemur Jawa Tengah di bawah Rezim Orba, nama Marhaenis terdengar begitu sensitif karena mengandung unsur-unsur pemikiran Bung Kama. Hal ini tentu melawan program “desoekamoisasi “yang digalakan Orba pada waktu itu. Menimbang hal itu, Suparjo selaku Gubemur pun melarang segala sesuatu yang berbau Marhaenis termasuk nama dari Panti Marhaen.

Oktober 1997 menjelang Pemilu, kantor PDI dikuasai oleh aparat-aparat pemerintah Rezim Orde Baru untuk diberikan kepada PDI Pro-Soerjadi yang pada waktu itu diklaim sebagai antek Orba. Hal ini membuat aktor-aktor PDI Pro-Mega terpaksa harus keluar dari Kantor PDI Jawa Tengah dan memindahkan sekretariatnya ke kediaman Willem Tutuarima untuk sementara waktu.

“Didudukilah Panti Marhaen itu kira-kira satu bulan kemudian datang aparat pemerintah kita disuruh pergi, disuruh keluar. Akhimya pada waktu itu dikuasai aparat pemerintah rezim Orde Baru. Sehingga sekretariat partai itu pindah ke rumah saya di Jalan Kyai Saleh No. 10A pada akhir Oktober tahun 1997. Pada saat itu menjelang pemilu kantor dikuasai supaya kita tidak bisa bikin pergerakan,” cerita Pak Willem Tutuarima, tokoh senior PDI Perjuangan yang dijumpai di kediamannya beberapa waktu lalu.

Willem juga menceritakan mengenai kondisi gedung yang dulu sering menjadi rebutan antar kedua faksi di PDI tersebut. Pada 1998, kembali terjadi perebutan Panti Marhaen yang kini dilakukan oleh PDI Pro-Mega yang digawangi oleh Mardiyo, Willem Tutuarima serta banyak aktor-aktor PDI Pro-Mega pada waktu itu.

Karena PDI Pro-Mega pada waktu itu adalah mayoritas, maka kader PDI Pro-Mega tidak merasa kesulitan dalam merebut Panti Marhaen dari tangan PDI Suryadi. Sampai pada saatnya, PDI Perjuangan lahir, Panti Marhaen yang dulu bemama Panti Marhaenis, sampai saat ini masih menjadi aset milik Partai yang menjadi saksi bisu dinamika politik PDI Perjuangan Jawa Tengah.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*