Kota Semarang – Ketua Umum PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarnoputri atau yang akrab disapa Bu Mega merupakan sosok yang sangat mencintai berbagai jenis tanaman. Kecintaan terhadap tanaman itu tentu mengalir dari darah ayahnya, Sang Proklamator; Bung Karno ditambah ia sendiri memang sering berkeliling ke Kebun Raya Bogor tatkala menjabat sebagai pemimpin negeri.
Bagi Bung Karno, tanaman dan pepohonan adalah bagian dari kehidupan manusia. Tanpa ada tanaman dan pohon, maka manusia bisa kelaparan. Karena bagaimanapun juga, tanaman dan pohon yang tumbuh dengan subur jelas akan menciptakan sumber pangan bagi manusia di sekelilingnya.
“350 tahun kita tak bernegara, kita ingin hidup bernegara. Kita berjuang menumpahkan darah untuk hidup. Hidup minta makan, makan minta padi, padi minta hutan. Tidak ada hutan, tidak ada sumber, tidak ada air,” ujar Bung Karno ketika berpidato dalam acara Kongres Boeroeh Kehoetanan di Malang pada 27 September 1946.
Ketika diasingkan di Ende, Bung Karno juga sangat senang berteduh sekaligus berkontemplasi di bawah pohon sukun. Pohon itulah yang menjadi saksi bisu di mana Bung Karno menggali Pancasila dari akar budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Ketika terjadi peristiwa Agresi Militer Belanda, Bung Karno juga tercatat pernah menanam pohon di belakang rumah penahanannya di Berastagi. Ketika ia haji pada 1955, Bung Karno juga membawa bibit pohon mimba dan beberapa orang yang ditugaskan untuk mengurusnya. Bibit itu ditanam di Padang Arafah dan kemudian sekarang dikenal sebagai ‘Pohon Sukarno’.
Begitu juga dengan Bu Mega, di samping memimpin Partai terbesar di Indonesia, dirinya dikenal sebagai tokoh yang sering menggiatkan gerakan menanam pohon. Bahkan ketika melakukan kunjungan ke tempat tertentu, Bu Mega tidak pernah tidur di mobil. Ia sering melihat keluar jendela, menatap berbagai jenis tanaman unik. Ketika ada tanaman yang menawan, ia meminta sopirnya untuk berhenti.
“Mbak Mega bilang ia melihat bunga unik di pinggir jalan. Tanaman itu untuk diperbanyak di kebunnya. Beliau memang suka mengumpulkan bunga yang aneh dan unik,” ujar kesaksian Karen Tambayong, mantan Ketum Asosiasi Bunga Indonesia.
Tentu koleksi bunga dan tanaman dari Bu Mega sangat beragam. Tidak hanya bunga Nusantara saja, berbagai jenis tanaman endemik dari berbagai daerah di Indonesia juga dirawat olehnya. Bahkan, Bu Mega pernah meminta kadernya untuk mencarikan Bambu Berbatang Merah.
Bagi sebagian orang bambu yang berwarna merah tampak seperti hal yang aneh, tak terkecuali untuk kadernya yang bernama Andrea Hugo Pareira. Bambu Berbatang Merah ini adalah tanaman endemik yang hanya tumbuh di Kabupaten Ngada, NTT. Setelah mendapatkan bibit, Bu Mega kemudian bergegas ke kebunnya yang ada di Bogor untuk menanamnya.
Tanaman di kebunnya itu dirawat sepenuh hati. Layaknya makhluk hidup yang punya pendengaran, Bu Mega ketika datang ke kebun tak jarang mengajak tanamannya untuk berbincang. “Bu Mega percaya tanaman butuh pendekatan khusus dengan diajak bicara. Sama saja dengan binatang-binatang peliharaan yang membutuhkan perhatian,” terang Ari Junaedi, Kepala Sekolah Komunikasi PDI Perjuangan.
Tim Editor
Be the first to comment