Wawancara Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri
PDI Perjuangan menetapkan Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maimoen sebagai pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah. Inilah alasan di balik penunjukan keduanya, sebagaimana disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat mengumumkan pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang diusung PDI Perjuangan, di Jakarta, 4 Januari 2018 silam.
Menurut Ibu Ketua Umum, apa arti penting Jawa Tengah dalam Pilkada 2018?
Bersama dengan Bali, Propinsi Jawa Tengah merupakan lumbung suara dan basis utama PDI Perjuangan. Dalam dinamika politik nasional, banyak yang mengincar Jawa Tengah untuk direbut. Ibaratnya, Jawa Tengah itu “gadis nan elok rupawan”. Karena itu, menjaga Jawa Tengah untuk tetap menjadi kandang banteng merupakan misi politik yang sangat strategis.
Terlebih, Pak Jokowi juga berasal dari Jawa Tengah. Karena itulah, di Propinsi ini saya harus berstrategi. Saya mencari momentum dan pilihan yang betul-betul tepat, apalagi di Jawa Tengah, kepercayaan rakyat kepada PDI Perjuangan luar biasa sehingga bisa mencalonkan calon Gubernur sendiri (tanpa harus berkoalisi, red). Rakyat juga sudah tahu, siapa gubernur dan siapa wakil gubernur yang tepat untuk mereka. Tinggal bagaimana PDI Perjuangan terus menggelorakan elan juang untuk kemaslahatan bangsa.
Atas dasar hal itulah, maka guna memastikan kesinambungan pembangunan di Jawa Tengah, saya selalu memberi kesempatan bagi kader-kader PDI Perjuangan untuk menjabat 2 (dua) kali. Dia adalah Ganjar Pranowo.
Bagaimana sosok Ganjar Pranowo di mata Ibu Ketua Umum?
Sosoknya tinggi kurus. Dia orang yang konsisten, tidak pernah berubah. Gaya politiknya apa adanya. Sosok yang egaliter dan lugas, serta hatinya baik. Rambutnya jauh lebih progresif dari umurnya, sehingga putih warnanya.
Ganjar Pranowo pernah menjadi Anggota DPR RI selama 2 (dua) periode, yaitu periode 2004-2009 dan periode 2009-2014, dan pada tahun 2013 saya tugaskan dia maju pada Pilgub Jawa Tengah. Alhamdulilah menang melawan inkumben pada saat itu, padahal elektabilitas Ganjar jauh di bawah inkumben. Kemenangan Ganjar saat itu tercapai karena mesin partai berjalan dan solid.
Bagaimana Ibu melihat kinerja Ganjar saat memimpin Jawa Tengah pada periode lalu?
Dengan tagline kampanyenya saat itu yakni “mboten korupsi, mboten ngapusi”, dalam kepemimpinannya Ganjar berhasil melahirkan kebijakan yang pro wong cilik, seperti program kredit khusus yang ditujukan kepada pelaku UMKM tanpa agunan dan biaya administrasi. Kartu Tani untuk kesejahteraan para petani. Dan di bidang pertanian, dia tiga kali berturut-turut mendapat penghargaan dari KPK dengan tingkat kepatuhan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) untuk mewujudkan birokrasi yang bersih.
Apa alasan PDI Perjuangan memilih Gus Yasin sebagai memilih Gus Yasin sebagai pendamping Ganjar?
Nah, dalam memilih calon wakil gubernurnya, ini yang khusus. Kami berkomunikasi dengan KH Said Aqil Siradj, dengan KH. Maimoen Zubair atau Mbah Maimoen, serta para Kiai. Saya juga berkomunikasi dengan Ketua Umum PKB, Cak Imin, dan Ketua Umum PPP, Gus Romi.
Mengapa? Ketika awal reformasi, bahkan jauh sebelumnya, sejak 1985-an, saya telah akrab dengan Gus Dur. Kami memiliki pandangan yang sama tentang bangsa dan negara. Antara Bung Karno dan NU, demikian pula dengan Muhammadiyah, telah terjalin persahabatan yang akrab. Bung Karno sebagai pemimpin besar bangsa ini mendapat gelar dari NU sebagai “Waliul Amri Adharori Bisyaukah” yaitu pemimpin bangsa Indonesia yang wajib dipatuhi perintah-perintahnya. Dengan demikian untuk wakilnya Ganjar, maka kali ini adalah sosok santri pinilih. Sosok santri yang mampu mengemban amanat rakyat dan para sesepuh NU. Untuk itulah, sebagai rasa hormat saya kepada para tokoh NU tersebut, maka pengumuman calon gubernur Jawa Tengah, saya serahkan kepada para sesepuh yang menjadi tuntunan masyarakat Jawa Tengah tersebut.
Tahun ini kita akan memperingati 20 tahun reformasi. Kebersamaan saya dengan Gus Dur, serta kesatupaduan antara nasionalisme kebangsaan dengan Islam tidak perlu dipertanyakan lagi. Sebab Indonesia yang berkeadaban lahir sebagai sintesa sempurna begitu banyak warna keanekaragaman di negeri ini.
Saya meyakini, bahwa Indonesia dengan Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, benar-benar terpatri kuat dan tidak akan pernah tergoyahkan. Pancasila benar-benar hidup dan digali dari sanubarinya bangsa. Karena itulah dari Jawa Tengah meretas semangat gotong royong untuk Indonesia Raya.
Sumber : Majalah Derap Juang Edisi 02 – 2018
Be the first to comment