Menguji ‘Mentaliteit Korea’ di Hadapan Ribuan Anak Muda

Korea-Korea Melentinglah
Foto: Sang Komandan Korea, Bambang Pacul Dimintai Tanda Tangan oleh Anak Muda Jogjakarta (15/06/2024)

Kota Semarang – Sang pencetus slogan ‘Korea-Korea Melentinglah’ Ir. Bambang Wuryanto, M.B.A alias Bambang Pacul berkesempatan untuk hadir di hadapan ribuan anak muda dan mahasiswa Jogjakarta. Bertempat di Basa-Basi Kafe, Condong Catur, Jumat (14/6), Bambang Pacul menjelaskan secara detail mengenai mentaliteit yang harus dimiliki oleh para korea, sehingga mereka nantinya bisa melenting ke atas untuk menggapai tujuannya.

Pemikiran Bambang Pacul terkait dengan prinsip hidup dan jalan terjal yang harus dihadapi oleh orang kelas bawah dalam menggapai cita-cita mendapat tanggapan positif dari penulis sekaligus budayawan muda Irfan Afifi. Menurutnya, Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng itu adalah tokoh yang mampu membuktikan diri jika seseorang sebenarnya punya kemampuan untuk melampaui realitas yang terjadi.

“Komandan Bambang Pacul membuktikan bahwa kita memang harus bisa untuk melampaui kenyataan, bukan hanya sekedar menerima kenyataan. Beliau punya mentaliteit yang luar bisa. Sebuah kekalahan menurut beliau mungkin tidak ada, karena jika kalah, itu adalah bagian dari proses dan perjuangan, ada pertempuran-pertempuran selanjutnya. Kita tidak boleh tunduk terhadap kekalahan, korea tidak pernah kalah, ketika ada semangat untuk bangkit,” ujarnya.

Foto: Buku Best Seller Tahun 2024 Berjudul Mentaliteit Korea Jalan Ksatria Komandan Bambang Pacul (Ilustrasi)

Sementara itu, salah seorang pemerhati filsafat terkenal, Fahruddin Faiz memberikan pandangannya jika setiap orang punya pilihan untuk menjalani hidup. Membawa pemikiran filosof Jerman, Heideger, Fahrudiin Faiz mengatakan jika Das Sein harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, karena hal itu akan melahirkan manusia yang otentik.

Sebaliknya, yang harus dihindari adalah Das Man, di mana hal ini ditandai dengan orang-orang yang tenggelam dalam kerumunan yang tidak jelas tujuan dan maknanya. Mereka tidak memiliki pedoman sama sekali dalam hidup.

“Bagi saya, Komandan Pacul itu adalah Das Sein, orang yang otentik. Generasi hari ini tidak boleh jadi anak yang viral dan viral, tidak boleh mengalir saja, harus bisa jadi orang yang otentik, harus bisa jadi diri sendiri. Indonesia jumlah penduduknya sangat banyak. Kalau kita semua adalah Das Sein, maka kita itu luar biasa, kita bisa eksis, kita bisa perform,” terangnya.

Terkait dengan buku politik best seller di tahun 2024, yakni ‘Mentaliteit Korea Jalan Ksatria Komandan Bambang Pacul’, Fahruddin Faiz juga menegaskan bahwa pemikiran Bambang Pacul memang relevan baik terhadap kondisi aktual di lapangan maupun terhadap gagasan-gagasan intelektual.

“Filsafat di Negeri Korea itu hampir sama seperti di buku ini. Pertama adalah Ciyong atau bagaimana kita mengelola emosi. Kemudian Nunchi atau bagaimana kita membaca perilaku orang lain, orang-orang di sekeliling kita. Ketiga adalah Han atau relisiensi, kemampuan kita saat mengalami kesedihan dan keluar dari hal itu, kemudian membuat kita lebih kuat. Kalau versi Pak Bambang Pacul itu adalah melenting,” paparnya.

Sementara itu, Bambang Pacul ketika menjadi pembicara utama dalam acara tersebut langsung mendapat pertanyaan yang berat dari peserta, yakni sikap seperti apa yang harus diterapkan seorang korea apabila mengalami kekalahan.

Ia menjelaskan bahwa kekalahan adalah hal yang menyakitkan. Tapi, kekalahan dalam hidup tidak boleh dibiarkan bergitu saja. Korea sejati harus mampu untuk bangkit dengan melakukan analisis dan menemukan cara baru untuk menjadi pemenang.

“Biasa, dalam kehidupan itu ada kalah, ada menang, itu wajar. Kunci mengatasi kegagalan adalah persiapan. Ketika persiapannya sudah bagus, kok hasilnya kalah, itu pukulan telak. Tapi setelah jatuh gimana sikap korea? Ya bangkit dong. Seorang Korea harus optimis, harus menyala terus. Dikau para korea-korea ini jangan mau untuk patah,” tuturnya.

Dalam menjalani hidup dan menggapai tujuan, Bambang Pacul memberikan pesan yang ia sebut sebagai ‘Tri Fokus Korea’. Tiga hal itu harus benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semakin banyak anak muda yang berasal dari kelas bawah mampu untuk melenting ke atas secara maksimal.

“Fokus satu, don’t worry be happy, hati dikau tidak boleh galau, tidak boleh resah, tidak boleh gelisah. Harinya harus selalu gembira. Kedua, pikiran, fokuslah pada solusi. Ketiga, jagalah kesehatan, jagalah badan. Mengapa ini juga penting? Karena di Alkitab disebutkan, ‘Badanmu adalah Kuil Tuhan’ jadi jangan kau rusak Kuil Tuhan,” jelasnya.

Bambang Pacul tak lupa menegaskan bahwa seseorang yang sudah mengambil jalan sebagai korea harus mempertahankan semangat kekoreaannya, meskipun ia sudah melenting di posisi puncak. Ketika mereka lengah dan lupa, maka mereka akan patah di tengah jalan. Sebaliknya, apabila semangat kekoreaan mereka terpelihara, maka mereka akan terus terjaga di top level dan mampu memberikan manfaat untuk banyak orang.

Tim Editor

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*