Mbak Puan Maharani adalah panglima tempur yang memimpin dan memandu pemenangan Ganjar Pranowo dalam even Pemilihan Gubernur Jateng tahun 2013. Sebagai patron politik PDI Perjuangan di Jawa Tengah. Mbak Puan ingin Jawa Tengah tetap menjadi kandang Banteng. Inilah rangkuman arahannya kepada para Kepala Daerah kader PDI Perjuangan Jateng, seluruh anggota legislatif PDI Perjungan se-Jateng, serta Struktural Partai di Jateng dalam even Legislator Summit, yang digelar di Semarang, Februari lalu.
Saya datang dalam agenda yang sangat strategis di tahun politik yang juga strategis. Ini waktunya Jawa Tengah bekerja, bergotong royong.
Saya teringat memori Pilgub 2013 lalu. Saat itu elektabilitas Mas Ganjar hanya 3 persen. Saya kemudian berfikir, ini 3 persen mau melawan inkumben, bagaimana ya? Maka saya bersama para sahabat berdiskusi panjang. Akhirnya setelah sosialisasi sebulan elektabilitas Mas Ganjar naik menjadi 7 persen. Saya mikir lagi: Lha, ini naiknya kok cuma persen? Bagaimana ini?
Saya diyakinkan bahwa Jawa Tengah lumbungnya “merah”. Saya diyakinkan bahwa kita pasti bisa menang saat itu. Akhirnya pada saat itu diputuskan saya menjadi Panglima. Yaaa…waktu itu dibilang sebagai “Panglima perangnya Jawa Tengah”. Selama empat bulan itu saya tongkrongin Jawa Tengah. Setiap pekan, saya kumpulkan semua korlap-korlap. Juga para Ketua DPC selaku penanggung jawab tim pemenangan di masing-masing 35 Kabupaten/Kota.
Ketika kumpul-kumpul membahas strategi pemenangan ketika itu, saya merasakan pada waktu itu, semangat yang ada adalah adalah semangat keluarga besar PDI Perjuangan. Semangat tentang bagaimana “mau” dan “untuk” menang; semangat bagaimana berjuang bersama untuk meraih kemenangan; semangat untuk tetap bisa “memerahkan” Jawa
Tengah.
Sekarang, tidak terasa sudah lima tahun, sudah mau Pilkada lagi. Sekarang, keputusan juga sudah diambil. Yang harus dibangkitkan kembali adalah bagaimana semangat bertempur seperti lima tahun lalu, yang pernah kita pernah miliki.
Semangat gotong royong di antara kita untuk bisa menang. Semangat untuk bisa kembali memenangkan pertempuran, bukan saja di Pilkada Gubernur tetapi juga bagaimana PDI Perjuangan kembali menjadi partai pemenang Pemilu 2019. Jadi, tujuannya bukan semata tujuan jangka pendek, tapi juga tujuan jangka panjang. Nah, pencapaian jangka pendek dan atau jangka menengah akan bisa dilihat dari hasil Pilkada saat ini.
Kini, waktunya untuk lebih sering bertemu dengan rakyat, mengadakan sosialisasi, mewujudkan program-program yang memang diinginkan oleh rakyat. Kita buktikan bahwa kita selalu berpihak kepada rakyat; bahwa kita menyatu dengan rakyat. Sampaikan kepada rakyat bahwa PDI Perjuangan selalu ada untuk rakyat; dan akan menjadi pemenang lagi pada tahun 2019!
Sekarang ini untuk kembali menang, yang terpenting adalah bagaimana implementasi dari strategi dikongkritkan di lapangan! Apa saja target kita? Bagaimana mekanisme untuk kongkrit? Bagaimana sistemnya? Siapa yang harus kita datangi? Siapa yang harus kita rangkul? Siapa yang harus kita dekati? Dan (kepada) siapa akan disampaikan pesan-pesan bahwa kita ada untuk rakyat?
Sekarang sudah tidak model lagi pasang (banner) yang besar-besar itu, yang terpenting adalah bertemu rakyat. Jika mau bikin acara jangan hanya sekadar seremonial atau konser dangdut atau musik saja. Rakyat harus diajak bicara, diberi tahu. Saat kita bicara, perhatikan respon rakyat: mereka memperhatikan kita atau tidak? Jika kita bicara, kemudian mereka memperhatikan, pasti rakyat akan ingat kepada kita. Maka sesudah acara selesai, datangi dan dekati mereka. Sudah tidak masanya lagi, habis turun dari panggung terus kita langsung pulang. Sudah nggak zaman yang seperti itu. Sekarang ini eranya pemimpin dekat dengan rakyatnya, tidak berjarak.
Saya ingin mekanisme ‘tempur’ yang diterapkan di Jawa Tengah adalah juga untuk kepentingan jangka panjang. Bukan hanya untuk memenangkan Pilkada, tetapi juga untuk pemenangan Pileg dan Pilpres tahun 2019. Maka, saya berharap teman-teman semua yang hadir bisa lebih giat mensosialisasikan Ganjar-Yasin, sekaligus mensosialisasikan diri. Kan fair, mensosialisasikan diri plus memenangkan Pilkada, Pileg dan Pilpres.
Saya juga meminta agar sinergi antara calon dengan partai dan legislatif disolidkan. Calon harus bisa memberdayakan anggota-anggota legislatif yang ada. Begitupun sebaliknya. Jadi sama-sama diuntungkan. Ya, ibarat pepatah: sambil menyelam minum air. Jangan ada yang merasa dikorbankan dan merasa tidak diperhatikan. Saya yakin, jika Tiga Pilar Partai solid maka kemenangan pada tahun 2013 akan kembali kita raih dalam Pilgub 2018 tahun ini.
Sumber : Majalah Derap Juang Edisi 02-2018
Be the first to comment