‘Ojo Pedhot Oyot’ dan Akar Sejarah PDI Perjuangan

Ojo Pedhot Oyot
Foto: Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng, Bambang Patjul, Tokoh yang Terus Menggaungkan Adagium Ojo Pedhot Oyot

Kota Semarang – Bagi keluarga besar PDI Perjuangan, khususnya di Jawa Tengah, istilah Ojo Pedhot Oyot mungkin sudah sangat familiar didengar. Istilah ini secara etimologi memiliki arti ‘Jangan Putus Akar’. Maksudnya, seluruh pergerakan politik yang dilakukan oleh kader Partai tidak boleh terputus dari akar sejarah, tata nilai, dan ide-ide untuk memperkuat tenaga Kaum Marhaen.

Istilah itu juga terus digaungkan oleh seluruh struktur Partai, terlebih Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng, Ir. Bambang Wuryanto alias Bambang Patjul. Ia merupakan tokoh kunci di Jateng yang selalu mengingatkan kader untuk mempertebal niat dalam mengabdikan diri sebagaimana Dedication of Life Bung Karno.

Dalam berbagai acara Partai, Bambang Patjul menyampaikan jika tugas pertama dan yang paling utama dari seorang kader ialah menambah tenaga Kaum Marhaen (Wong Cilik). Hal itu tidak terlepas dari akar sejarah PDI Perjuangan, di mana Partai berlambang banteng moncong putih ini memang memiliki grassroot rakyat kecil seperti petani, nelayan, buruh, pedagang, dsb.

Bahkan pada masa Orde Baru (Orba), PDI Perjuangan yang saat itu masih bernama PDI dijuluki sebagai Partai sandal jepit. Makna sandal jepit ini merujuk pada kondisi Wong Cilik yang memang saat itu belum bisa untuk membeli sepatu dan alas kaki yang bagus.

Seiring berjalannya waktu, PDI yang akhirnya berubah nama menjadi PDI Perjuangan berubah menjadi Partai terbesar di Indonesia. Di bawah kepemimpinan Ketum Ibu Megawati Soekarnoputri, PDI Perjuangan juga menjadi satu-satunya Partai yang mencetak hattrick pemilu, yakni pada Pemilu 2014, 2019, dan 2024.

Akar sejarah yang panjang ditambah perjuangan yang luar biasa dari seluruh kader menjadi salah satu faktor kunci PDI Perjuangan berjaya. Di satu sisi, PDI Perjuangan juga konsisten memegang teguh tata nilai serta ide-ide Bung Karno yang pro Wong Cilik.

Oleh sebab itu, maka adagium Ojo Pedhot Oyot menjadi relevan untuk terus digaungkan. Secara tidak langsung, hal itu mengingatkan kembali seluruh keluarga besar Partai agar terus beretrospeksi terhadap romantika masa lalu. PDI Perjuangan dengan Wong Cilik adalah dua hal yang tak terpisahkan, saling menguatkan satu sama lain untuk mencapai tujuan bangsa dan cita-cita nasional.

Tim Editor

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*