Kota Semarang – Berbicara tentang Presiden RI pertama, Ir. Soekarno alias Bung Karno, mungkin sebagian dari publik menilai bahwa ia adalah sosok yang berkecukupan. Namun siapa sangka, Bung Karno faktanya juga punya perjalanan hidup hampir sama seperti Rakyat Marhaen.
Saat Bung Karno masih anak-anak misalnya, ia pernah merasakan nasib yang berbeda dengan teman-temannya. Bagi orang Jawa, momen Ramadan dan Idul Fitri, biasanya anak-anak sering bermain petasan. Namun, karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik, Bung Karno akhirnya tidak bisa membeli petasan dengan harga 1 sen dan menyalakan petasan bersama teman-temannya.
Bung Karno akhirnya hanya menyaksikan anak-anak lain bermain petasan dari jendela kamarnya. “Betapa hancur luluh rasa hatiku yang kecil itu memikirkan, mengapa kawan-kawanku dengan jalan bagaimanapun dapat membeli petasan yang harganya 1 sen itu dan aku tidak. Alangkah dahsyatnya perasaan itu. Mau mati aku rasanya,” kata Bung Karno.
Dari tahun ke tahun, Bung Karno selalu berharap bisa menyalakan petasan. Hingga suatu hari, datanglah tamu ke rumahnya. Tamu itu kemudian memberikan bingkisan kado kepada Bung Karno kecil.
“Aku sangat gemetar karena terharu mendapat hadiah itu, sehingga hampir tidak sanggup membukanya. Isinya petasan,” terang Bung Karno.
Sebenarnya, Bung Karno kecil itu juga tak tega dengan kondisi ibunya. Harga 1 sen petasan saat itu sudah bisa digunakan untuk membeli sayuran untuk hidangan keluarga. Bung Karno rela menunda kebahagiaan di masa kecil itu untuk menghadirkan kebahagiaan yang jauh lebih besar, yaitu kebutuhan pokok keluarganya tercukupi.
Tim Editor
Be the first to comment