Special Report: Memahami Arti ‘Korea’ dari Bambang Pacul

Kabupaten Magelang – Istilah ‘korea-korea’ yang diucapkan oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Ir. Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul kini tengah booming. Bagaimana tidak, Bambang Pacul mengeluarkan istilah itu dalam sebuah rapat formal Komisi III DPR RI bersama Menkopolhukam dan Kepala PPATK. Ramainya tanggapan dan pertanyaan dari publik terkait arti dari ‘korea’ itu, Bambang Pacul kemudian memberi jawaban dan penjelasan.

Istilah ‘korea-korea’ menurut Bambang Pacul memang begitu populer bagi masyarakat Jawa. Berdasarkan apa yang orang-orang dahulu ceritakan, ‘korea’ ini memiliki keterkaitan dengan pasukan Jepang yang berasal dari negara Korea. Mereka tidak segagah tentara Jepang, namun militansinya sangat tinggi.

Di Jawa, istilah ‘korea’ berkembang yang kemudian mengacu pada orang-orang dari kelas bawah yang mempunyai kehendak subjektif tinggi untuk melenting ke atas. Mereka punya semangat kejuangan untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Para ‘korea’ selalu berusaha keluar dari jurang kemiskinan dengan lompatan yang eksponensial, orientasi kehidupannya terus bergerak ke lapisan sosial atas.

Foto: Peserta Acara Kongkow Bambang Pacul di Magelang Menanyakan Mengenai Keterbukaan Kesempatan Bagi Perempuan untuk Ikut serta Menjadi ‘Korea’ (08/02/2024)

Dalam sebuah acara yang mengusung tajuk ‘Kongkow Bambang Pacul’ yang dilaksanakan di Joglo Panglipuran Borobudur, Kabupaten Magelang, millennial dan Gen Z yang hadir sebagai peserta mendapat pemahaman langsung mengenai arti ‘korea’. Bambang Pacul menyampaikan jika ‘korea’ berkaitan dengan mentaliteit. Adapun untuk menjadi ‘korea’ sejati, maka syaratnya adalah selalu mempunyai tujuan hidup yang dipegang teguh.

“Yang dikau pelihara sebagai korea adalah niatmu. Nawaitu-mu yang harus dibasuh sampai mengkilat. Inilah yang akan membentuk kehendak subjektif,” ujar Bambang Pacul, Rabu (08/02/2024).

Untuk melenting ke atas, maka ‘korea’ harus mengenali dirinya sendiri. Seorang ‘korea’ mesti memilih apakah akan mengembangkan pemikirannya, kekuasaan (power), atau finansial. Apabila memilih power, maka para ‘korea’ harus mencari galah yang tepat dan Partai politik adalah jawaban paling mewakili.

Bagi Bambang Pacul, Partai politik punya pengaruh yang besar untuk menentukan nasib masyarakat. Partai politik punya fungsi dan ketika dilaksanakan secara sungguh-sungguh, maka akan banyak pihak yang merasakan manfaatnya.

“Partai politik itu adalah part atau bagian dari rakyat Indonesia. Kalau bicara fungsi, maka Partai politik punya fungsi aspirasi yang mirip (internal) dan membedakan dengan Partai politik lainnya. Aspirasi ini kemudian diagregasikan dan diartikulasikan. Untuk memperjuangkan butuh kader, maka fungsi rekrutmen kader harus dilakukan, fungsi edukasi harus dilakukan. Kemudian setelahnya fungsi elektoral dan budgeting,” terangnya.

Ia juga meminta agar para ‘korea’ memahami bahwasanya seluruh pejabat publik selalu berasal dari lingkungan politik. Maka, tidak mengherankan apabila Partai politik kemudian disebut sebagai galah yang tepat bagi ‘korea’ untuk melenting ke atas.

“Jika ada yang bukan kader, maka itu menandakan Partai belum sehat. Kalau Partai politik diisi orang busuk, maka republik ini akan rusak, karena politik inilah yang akan menentukan republik ke depan,” tegasnya.

Foto: Bambang Pacul Memberikan Wawasan Terkait Ilmu Kehidupan dan Nilai-nilai Jawa untuk Diterapkan para ‘Korea’ Guna Melenting ke Atas pada Sebuah Acara Kongkow di Magelang (08/02/2024)

Dalam perjuangannya melenting ke atas, para ‘korea’ tidak akan patah apabila menghadapi sebuah tantangan dan masalah. ‘Korea’ sejati dijelaskan oleh Bambang Pacul bisa menghitung resiko maksimal sekaligus mampu menunjukkan perlawanan.

“Maka, kita tunjukkan perlawanan sampai akhir. Kekoreaanmu ditunjukkan dari gimana kamu melawan. One day, orang akan respect ke kamu. Korea harus paham resiko maksimal dan kamu harus siap untuk menerima resiko itu,” tuturnya.

Bukan Bambang Pacul namanya, apabila tidak ada ilmu kehidupan dan nilai-nilai Jawa yang disampaikan. Meminjam konsepsi fikir dari Ki Hajar Dewantoro, Bambang Pacul kemudian mengajarkan bagaimana seseorang bisa memenangkan hati dan memenangkan pikiran orang lain.

How to win the heart and then how to win the mind. Ki Hajar Dewantoro pernah mengajarkan asih dulu, menangkan hatinya. Kemudian asuh, apa yang didiskusikan, infiltrasikan pikiran. Baru kemudian dihidup-hidupkan pemikiran itu atau asuh. Yang perlu dikau pahami, di dalam hati kamu harus ada bara api yang tak kunjung padam, barangkali bara ini yang memancar. Hiduplah dalam bahagia, kerjarlah kebahagiaanmu,” tandasnya.

Tim Editor

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*