Ganjar Apresiasi Inovasi Plastik Ramah Lingkungan dari Sukoharjo

Ganjar Apresiasi Inovasi Plastik Ramah Lingkungan dari Sukoharjo

Semarang – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi Sinar Jaya Plastindo yang menciptakan inovasi plastik berbahan baku singkong. Pabrik yang terletak di Desa Parangjoro, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah tersebut berhasil menciptakan produk plastik yang ramah lingkungan karena mudah terurai.

Ganjar Pranowo mengatakan, “Adanya inovasi plastik dari singkong menjadi salah satu mengatasi persoalan sampah plastik selama ini, keren dan kreatif.” Ganjar menjelaskan bahwa penggunaan plastik terus meningkat di semua negara termasuk Indonesia, sehingga menimbulkan persoalan yang serius.

Menurut Ganjar, produksi sampah di Jawa Tengah mencapai 15.671 ton sampah per hari sehingga dalam satu tahun akan mencapai 5.719.915 ton sampah. Dari jumlah tersebut, komposisinya terdiri 63,3 persen sampah organik, 36,34 persen sampah anorganik, dan 0,29 persen bahan beracun berbahaya (B3).

“Untuk sampah plastik yang dihasilkan di Jateng rata-rata berkisar 17,7 persen dan nampaknya ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang menunjukkan tren peningkatan,” ujar Ganjar.

Direktur Sinar Jaya Plastindo, Whelly Sujono, menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan riset dari berbagai sisi dalam lima tahun terakhir. Sinar Jaya Plastino akhirnya memproduksi plastik berbahan baku singkong secara massal dengan kapasitas 10 ton plastik singkong per bulan.

Untuk mendapatkan bahan baku, Sinar Jaya Plastindo bekerja sama dengan petani. Pabrik tersebut tidak membuat perkebunan singkong sendiri agar bisa membantu petani. Dalam proses produksi tersebut, singkong terlebih dulu dijadikan tepung, kemudian dicampur biji plastik dengan komposisi 80 persen singkong dan 20 persen biji plastik.

Selanjutnya diproduksi menjadi kantong plastik berukuran kurang lebih 30 cm x 15 cm dan kantong sampah. Harga kantong plastik singkong isi 50 buah Rp25.000, sedangkan kantong sampah Rp5.400 untuk satuannya. “Teknologinya ini 100 persen Indonesia dan bebas dari segala bahan berbahaya sehingga, ketika terurai dan termakan hewan, tetap aman,” jelas Whelly Sujono.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*